Selamat Datang di web blog Resmi MI YAPPI Ringintumpang, Semoyo, Patuk, Gunungkidul. Web blog ini dibuat untuk mengoptimalkan layanan informasi dan komunikasi, baik untuk keperluan internal Civitas MI YAPPI Ringintumpang, maupun masyarakat luas lainnya. Harapan kami, melalui web blog ini dapat kita informasikan keberadaan MI YAPI Ringintumpang yang telah memasuki era globalisasi.

Pengunjung

Rabu, 26 Oktober 2011

Active Learning

Hampir setiap kebijakan perubahan kurikulum akan menghadapi berbagai persoalan alias permasalahan dan tantangan dalam implementasinya dilapangan. Persoalan dan tantangan akan lebih mencuat manakala dikaitkan dengan Sumber Daya Manusia yang ada serta kondisi social masyarakat yang sedang mengalami krisis multi dimensi berkepanjangan.
Sebagai upaya mencari alternatif pemecahan persoalan yang berupa ‘kegamangan’ yang dihadapi oleh teman-teman guru ketika menghadapi perubahan yang agak bersifat mendadak. Padahal kita tahu bahwa menentukan alat dalam mengantarkan peserta didik menuju kearah ‘tujuan pendidikan Nasional’ yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab (UU.SPN No.20.th.2003), tidaklah semudah membalikkan tangan atau membuat rempeyek.
Untuk menuju ke arah tujuan pendidikan,  perlu ‘proses’ yang panjang. Barangkali tulisan pendek dibawah ini akan bermanfaat bagi rekan-rekan guru, untuk dijadikan ‘pematik’ dalam ber innovasi pada proses pembelajaran di kelas, agar ‘bergairah’.

PEMBELAJARAN TEMPO DOELOE DAN SEKARANG

Jika kita amati secara seksama, maka sistim pembelajaran tempo doeloe berlandaskan pada asumsi bahwa pembelajar (siswa) adalah konsumen (pemakai barang), prestasi individu, pengotak-ngotakan (orang dan pokok masalah), kontrol birokrasi terpusat, pelatih (guru) sebagai pelaksana program, pembelajaran bersifat verbal dan kognitif dan program pelatihan (GBPP) sebagai proses jalur perakitan, sedangkan pembelajaran model sekarang berasumsi bahwa pembelajar (siswa) adalah kreator, pada kerjasama dan prestasi kelompok, kesalingterkaitan antara kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga belajar sebagai aktivitas seluruh pikiran dan tubuh, serta program belajar yang menyediakan lingkungan belajar yang kaya akan pilihan.
Belajar pada abad ini adalah mempersiapkan orang untuk hidup didunia yang pasang surut, yaitu dunia tempat setiap orang harus mengerahkan seluruh kekuatan pikiran dan hati mereka sepenuhnya dan bertindak berdasarkan kreativitas yang penuh kesadaran, bukan sesuatu yang mudah diramalkan dan tidak membutuhkan pemikiran. Kita harus mampu menghasilkan ‘tokoh orisinil’ yang dapat mengerahkan energi mereka yang potensial dan menjanjikan bukan menghasilkan manusia ‘foto kopi’. Kita harus membebaskan kecerdasan seseorang yang unik dan bukan menindasnya atas nama ‘standarisasi’ oleh karena itu disetiap tingkatan kita semua harus mampu dan mau untuk menjadi innovator dalam proses pembelajaran.

BELAJAR BERDASAR AKTIVITAS

Belajar berdasar aktivitas adalah bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Pembelajaran tidak otomatis akan meningkat dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak kesana kemari, akan tetapi menggabungkan gerakan fisik dengan aktifitas intelektual dan penggunaan panca indera dapat berpengaruh besar terhadap pembelajaran.
Menurut Dave Meier dalam bukunya the Accelereted Learning Hand Book memberikan konsep belajar dengan model SAVI (somatic, auditori, visual, dan intelektual), secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Belajar Somatis berarti belajar dengan indera peraba, kinestis, praktis melibatkan fisik serta menggerakkan tubuh ketika belajar. Untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh, ciptakan suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dari tempat duduknya dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu.
2.      Belajar auditori maksudnya belajar dengan bicara dan mendengar, disarankan agar pembelajar (siswa) dapat diajak untuk membicarakan (mendialogkan) apa yang sedang mereka pelajari, suruhlah mereka membacakan hasil saat memecahkan masalah.
3.      Belajar visual adalah dengan mengamati dan menggambarkan, kita tahu bahwa ketajaman visual setiap orang hampir dapat dikatakan sangat amat kuat, hal itu terjadi karena didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Dengan ketrampilan visual yang kuat kita dapat meminta para pembelajar (siswa) untuk mengamati suatu peristiwa lalu memikirkan serta membicarakan peristiwa itu, menggambarkan proses, prisip atau makna dari peristiwa yang dicontohkan.
4.      Belajar intelektual adalah belajar dengan memecahkan masalah dan merenung, pembelajar diajak untuk menunjukkan kemampuan pikirannya dalam menghubung-hubungkan pengalaman mental, fisik, emosi dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya.
Jadi jelaslah bahwa belajar bisa optimal manakala keempat unsure SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran, sebuah contoh dalam proses pembelajaran misalnya; ketika guru akan menjelaskan di kelas III semester 1 (lihat pada KTSP, hal 7) tentang standar kompetensi akhlak dalam membiasakan berprilaku terpuji, pada kompetensi dasar ; 3.1 menampilkan perilaku percaya diri, 3.2 menampilkan perilaku tekun, 3.3 menampilkan perilaku hemat:
Untuk kompetensi dasar 3.1 dapat menggunakan buah apel sebagai peraga ;
Siswa dibuat 2 kelompok, guru menyediakan beberapa buah apel, yang kemudian dihadapkan murid, buah apel ditunjukkan perbedaan warna,bentuk,mentah dan masak, selanjutnya dipotong secara melintang oleh guru dan ditunjukkan tentang adanya rongga biji, lalu guru menjelaskan bahwa setiap buah apel memiliki rongga biji yang sama yaitu bintang lima sisi yang sama berisi biji, guru kemudian memotong beberapa buah apel yang lain.
Guru kemudian menjelaskan bahwa manusia diibaratkan buah apel. Manusia boleh berbeda dalam penampilan luarnya, ada yang berkulit hiotam, sawo matang, putih usia , bentuk badan pendek, gemuk, kurus, keriput. Namun didalam diri kita manusia masing-masing memiliki potensi yang akan menentukan masa depan kita “bintang” yang ada dalam diri kita inilah yang akan menjadikan kita istimewa. Seperti benih dalam buah apel yang bisa tumbuh dan berkembang menjadi pohon buah apel, maka manusia pun memiliki anugerah berupa bakat yang menunggu tumbuh dan dikembangkan. Untuk menunbuh kembangkannya perlu disiram dan dipupuk maupun dirawat. Jika kita memiliki sifat pemalas maka kita bisa membayangkan seperti buah apel yang membusuk tidak bermanfaat alias sia-sia.
Setelah demonstrasi tersebut, guru melakukan Tanya jawab dengan murid tentang perlunya menghindari sifat malas.
Kegiatan selanjutnya guru menerangkan tentang perilaku hemat, dengan mempersiapkan beberapa alat peraga serupa: toples plastik, buah jeruk, beras, loyang plastik.
  • Guru memulai dengan memberikan penjelasan tentang permainan ini, dijelaskan pada murid bahwa toples diumpamakan waktu atau uang sedang buah jeruk diumpamakan sebagai tugas-tugas pokok, pekerjaan rumah, latihan-latihan atau sebagai kebutuhan-kabutuhan pokok sebagai pelajar seperti; pakaian seragam, pena, buku, sepatu, topi, dll. Sedangkan beras diumpamakan kesenangan-kesenangan dalam hidup sehari-hari, seperti; nonton TV, bercanda dan main-main atau jajanan es, chiki, permen, siomay, dll kebutuhan yang tidak pokok dan tidak penting.
  • Toples yang sudah berisi buah jeruk dan beras dalam keadaan tertutup dan rapi ditunjukkan pada siswa, kemudian dituang dalam loyang plastik dan dipisahkan, masing-masing kelompok kemudian diberikan tugas untuk memasukkan kembali kedua benda tersebut dalam toples seperti semula. Guru menjelaskan alternatif penyelesaian tugas dengan menguraikan rumus bahwa dengan terlebih dahulu memenuhi kewajiban dan tugas-tugas pokok maupun membelanjakan barang-barang kebutuhan pokok sebagai pelajar maka akan ada waktu luang ataupun uang sisa yang dapat dimanfaatkan untuk kesenangan, namun jika kita lebih mengutamakan yang mudah dan menyenangkan terlebih dahulu maka kita akan kelelahan dan kehabisan waktu, sementara jika uang kita belanjakan kepada hal-hal yang tidak penting terlebih dahulu maka kebutuhan pokok kita akan terbengkalai.
  • Setelah selesai demo, guru melakukan Tanya jawab tentang manfaat dari perilaku hemat dan tekun dikehidupan dunia ini.
Untuk standar kompetensi yang berisikan tentang menghindari perilaku tercela, pada kelas VI semester 1 (lihat KTSP / permen Diknas RI nomor : 22 tahun 2006) siapkanlah alat pendukung berupa; mangkok/piring,air,bubuk merica, sabun dan gula. Permainan ini akan memberikan penjelasan pada anak tentang sifat tinggi hati dan kikir akan dijauhi teman.
  • Guru memerintahkan murid untuk menaburkan bubuk merica diatas air dalam mangkok/piring secara acak, kemudian diterangkan bahwa merica diatas air diumpamakan sebagai orang-orang atau teman-teman yang ada disekitar murid, jika kita memilki sifat sombong atau tinggi hati ditambah lagi memiliki sifat bakhil seperti sifat yang dimiliki Abu Lahab dan Abu Jahal itu diumpamakan sabun maka ketika dicelupkan dalam mangkok bubuk merica akan menghindar, namun ketika memiliki sifat yang terpuji dengan merendahkan diri, sopan, murah senyum, suka membantu teman seperti perilaku Rasululloh Muhammad SAW, maka itu diumpamakan gula, manakala gula dimasukkan dalam mangkok yang terjadi bubuk merica akan mendekat.
  • Setelah selesai demo, guru melakukan Tanya jawab dengan siswa tentang bahayanya kita memiliki sifat tercela terutama sifat tinggi hati dan bakhil/kikir.
Satu lagi contoh pada standar kompetensi membiasakan prilaku terpuji, yang berkompetensi dasar membiasakan prilaku jujur, bertanggung jawab, hidup bersih dan disiplin untuk materi akhlak kelas I semester 1: setelah menginformasikan tentang tujuan pembelajaran kepada siswa tentang sifat-sifat atau perilaku terpuji yang seharusnya dimiliki oleh siswa dengan sedikit variasi gerak demonstrasi agar menarik (ini masuk unsur visual) maka mintalah dua orang anak maju kedepan untuk masing-masing memegang satu buah ranting didepan wajahnya dengan jarak sekitar setengah meter, lilitkan benang satu kali lilitan suruh kedua anak menariknya maka benang akan putus tambahkan lilitan menjadi tiga, jika masih dapat putus maka tambahkan lagi sehingga tidak bisa diputuskan oleh mereka (unsur somatis). Jelaskan bahwa kebiasaan buruk banyak bermain, tidak mengerjakan PR, bicara tidak sopan sangat mudah diputuskan jika segera diketahui sejak awal akibat buruknya, namun jika kebiasaan itu berkali-kali dilakukan maka akan sulit baginya memutuskannya. Sebaliknya kebiasaan baik mengikuti TPA, belajar tertib, berbicara yang baik akan semakin kuat menjadi kebiasaan manakala dilakukan secara berulang-ualng (babak ini memenuhi unsure intelektual). Pancinglah siswa untuk menyebutkan beberapa kebiasaan baik yang telah dilakukan, bisakah kamu ingat-ingat bagaimana awalnya perbuatan itu menjadi kebiasaan? Siswa diminta untuk menuliskan dan membacanya dengan keras dihadapan rekan-rekannya (unsure auditori).
Disini pembelajar (siswa) diajak oleh motivator (guru) untuk menerapkan pembelajaran dengan memanfaatkan unsure S A V I, banyak contoh-contoh lainnya akan anda temukan nanti dalam pengalaman proses belajar.

MODEL UNIVERSAL
Seluruh kegiatan belajar manusia dapat dikatakan memiliki empat tahap, dimana keempat tahap harus berjalan secara seiring bersama dalam suatu proses pembelajaran, adapun keempat tahap itu adalah sebagai berikut:
1.      Tahap Persiapan yang diharapkan dapat menggugah minat pembelajar, lakukan hal-hal sebagai berikut:
·         Memberikan sugesti positif
·         Menyatakan manfaat bagi pembelajar
·         Menyatakan tujuan yang jelas dan bermakna
·         Menciptakan lingkungan fisik yang positif
·         Menciptakan lingkungan emosional yang positif
·         Menciptakan lingkungan social yang positif
·         Menenangkan ketakutan belajar
·         Menghilangkan atau mengurangi rintangan belajar
·         Mengajukan pertanyaan atau masalah
·         Menggugah rasa ingin tahu dan meninbulkan minat
·         Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal
2.      Tahap Penyampaian adalah membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, multi indera dan cocok untuk semua gaya belajar, lakukankah hal-hal sebagai berikut:
·         Adakanlah uji-coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan yang anda miliki
·         Libatkan seluruh otak dan seluruh tubuh
·         Presentasi interaktif
·         Proyek pembelajaran berdasarkan pasangan atau tim
·         Berlatih menemukan dan memecahkan masalah
3.      Tahap Pelatihan bertujuan untuk membantu pelajar mengintegrasikan dan memadukan pengetahuan atau ketrampilan baru dengan berbagai cara, anda dapat lakukan kegiatan ini dengan:
·         Aktivitas memproses pembelajar
·         Usaha/umpan balik/perenungan kembali secara langsung
·         Simulasi belajar dengan aneka ‘permainan belajar’
·         Latihan belajar lewat praktek
·         Aktivitas pemecahan masalah
·         Dialog secara berpasangan atau berkelompok
·         Aktivitas praktik membangun ketrampilan
·         Mengajar kembali
4.      Tahap Penampilan (Performent). Kita harus ingat bahwa
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan,
Pengetahuan menjadi pemahaman
Pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan
Oleh karena itulah maka nilai setiap program belajar terungkap dalam tahap ke 4 ketika pembelajaran diterapkan dalam dunia kerja. Jadi tujuan tahap penampilan atau hasil ini akan membantu pelajar menerapkan dan mengembangkan pengetahuan serta ketrampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga pembelajaran tetap melekat dan prestasi terus meningkat.
Langkah-langkah konkrit yang perlu dilakukan oleh kita adalah :
·         Penerapan segera di dunia nyata
·         Menciptakan dan melaksanakan rencana aksi
·         Aktivitas penguatan lanjutan
·         Pengarahan berkelanjutan
·         Evaluasi prestasi dan umpan balik
·         Aktivitas dukungan kawan-kawan
·         Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung

Sumber : Drs. Mahmud Fauzi (Guru PAI SDN Paliyan III)

0 komentar: